KEUNIKAN KEHIDUPAN TRADISI MASYARAKAT ASLI BALI


Kehidupan masyarat asli Bali tercermin dari kehidupan masyarakatnya yang unik dan tidak terlepas dari adat istiadat budaya. Masyarakat yang ramah dengan pola kehidupan yang pluralisme dan tidak terlalu banyak aturan namun penuh kedamaian. Itulah yang membuat penulis tertarik untuk menggali informasi untuk dijadikan bahan tulisan pada blog ini.

Informasi yang penulis dapatkan dari Dayu (panglingan akrab) salah seorang rekan penulis yang berada di Bali, bahwa keunikan masyarakat Bali dapat dilihat dari garis keturunan derajat, yaitu Kasta Brahmana, Kasta Satria, atau Kasta Sudra.




Kasta Brahmana adalah kasta tertinggi untuk masyarakat Bali,  yang termasuk dalam kasta Brahmana ini adalah kelompok para bangsawan, guru, atau pemuka agama yang dikenal dengan sebutan gelar Ida Bagus untuk laki-laki dan Ida Ayu untuk perempuan atau sering disingkat dayu
Kasta Kesatria adalah golongan menengah, kelompok orang yang mempunyai jiwa kepahlawanan seperti para raja, pejabat daerah, dan tentara. Kasta Kesatri ini dikenal dengan sebutan nama gelarnya Cokarda, Anak Agung, Ratu, dan Prebagus untuk laki-laki; sedangkan sebutan untuk perempuan Anak Agung Isti atau Dewa Ayu.
Kasta Sudra yaitu kasta yang paling rendah kelompok orang kebanyakan yang didominasi profesi pengemis, pengangguran, dan karyawan tingkat bawah.

Sebutan kasta, sudah menjadi penting dalam kehidupan masyarakat Bali, hal ini sebagai bentuk kehormatan terhadap kasta yang lebih tinggi. Selain itu kasta di Bali juga mengenal sebutan kekerabatan atau silsilah keluarga. Dan hal ini menjadi penting untuk penghormatan seseorang terhadap yang lainnya atau antara yang lebih muda kepada yang lebih tua.

Sebutan kekerabatan keluarga orang asli Bali juga mempunyai silsilah khas, yaitu silsilah anak pertama selalu dengan sebutan nama keluarga Wayan, Putu, atau Gede, yang kemudian dikuti oleh nama panggilan. Lahir anak kedua selalu diberi sebutan nama keluarga Made atau Kadek. Kelahiran berikutnya anak ketiga diberi sebutan Nyoman atau Komang. Sedangkan kelahiran anak keempat diberi nama Ketut.

Sedangkan bagi masyarakat asli Bali bila anaknya lebih dari empat, untuk anak kelima kembali lagi dari awal dengan penyebutan Wayan atau Putu lagi dan seterusnya berulang-ulang untuk nama berikutnya. Untuk membedakan jenis kelamin dari silsilah ini, sering namanya diawali dengan "I" untuk laki-laki, dan "Ni" untuk perempuan, contohnya "I Wayan". Silsilah ini tidak menjadi aturan untuk pewaris dari keluarga, pewaris akan menjadi hak sepenuhnya laki-laki karena harus menanggung seluruh biaya kegiatan upacara adat leluhurnya.

Bila kita melihat maksud dan tujuan dari penyampaian yang tersirat dalam budaya masyarakat asli Bali, ada pelajaran yang dapat kita ambil didalamnya, yaitu kita harus selalu dapat menghormati kepada yang lebih tua. Dengan kata lain budaya merupakan pembelajaran norma-norma kehidupan yang tidak terlepas dari pada apa yang diajarkan oleh Tuhan kepada kita dalam hidup di alam semesta ini. Ikuti perjalanan pelunis di Tanah Lot Bali.





Salam Wisata,


Facebook +Google Twitter Digg Technorati Reddit

Written by : Indra Kusuma - Describe about us

Website Blog ini berisikan artikel-artikel yang berisikan tentang ilmu pengetahuan untuk berbagi baik dari pengalaman pribadi maupun dari beberapa sumber.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

Artikel Terkait:

24 komentar

iya..om...sekarang unggah ungguh kepada yang lebih tua perlahan namun pasti..telah terkikis..

wah,,tamba tahu nih gimana sih tradisi orang bali.Kalau saya orang Batak sih.Sukses mas.

Terima kasih Pak Indra atas infonya, jadi tambah lagi wawasan saya nih...

jadi tau kehidupan masyarakat disana nih

semua ada tujuannya ya Pak,
tetapi sekarang sepertinya di bali sendiri sudah banyak terjadi pembauran karena pernikahan antar kasta.

Jadi di Bali hanya ada 4 nama utk anak sesuai urutan kelahiran ya? Jadi, ternyata urutan ke5 dan seterusnya hanya pengulangan aja ya?

kasta yang menjadi pembeda ya,,
tapi kalo menurut saya seperti ada diskriminasi sosialnya ( ini menurut saya pak)

Mantab, ingin rasanya datang kesana.

Tatanan kehidupan bermasyarakat yang tertib ya termasuk tatanan alamnya, salam

kasta-kasta begitu bisa bermasalah jadinya kalo ada yang jatuh cinta melampaui kasta

Terkesan diskriminasi tidak sih kalau ada tingkatan2 kasta seperti itu? Tapi itulah Bali, sangat kental dengan norma2 yang ada

pak Indra, hari ini giliran jaga warung ya... konfirmasikan kesanggupannya segera. Agar bisa diganti oleh kontributor lain jika belum siap.. makasih :D

Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Indra...

Keunikan Bali selalu menjadi tulisan kepada para turis luar negara untuk disebarkan dalam koran atau majalah di negara masing-masing termasuk Malaysia. Kedudukan geografi dan budaya warisan bangsanya sangat menarik dan masih lekat dengan amalan agama hindunya.

Ternyata kasta-kasta begini masih tebal di Bali ya. Kalau di India, sebahagian kasta ini sudah dihapuskan kerana banyak maslaah yang timbul terutama jika berlaku percintaan antara kasta. Apakah yang bisa dihukum kepada mereka ini jika cinta terlarang tetap diteruskan. tentu tragis jadinya seperti kisah Juliet dan Romeo.

Salam hormat dari saya.

SITI FATIMAH AHMAD

sepertinya saya kenal latar belakang foto tersebut,,didepan toko Khrisna ya? *sok tau banget sih*

waktu di Bali, saya pernah ngobrol sama orang Bali asli perihal Kasta ini. pendapat beliau sih ga setuju sama pembagian kasta ini, soalnya bagi beliau semuanya sama aja..

berarti kalo dhe jadi orang bali, nama dhe berubah jadi Ni Made Dhenok.. asyik, hehe.. :D

Datang kesini mau baca-baca sob :)

ya itulah salah satu keunikan dari masyarakat bali

bangga rasanya menjadi orang bali, ada identitas khusus yang belum tentu dimiliki oleh orang lain... thx kupasannya...

ini sedikit tambahan tentang penamaan tersebut:
http://cakepane.blogspot.com/2012/07/nama-orang-bali.html

Awesome Article , thumbs up ..

Kasta berasal dari bahasa Portugis adalah pembagian masyarakat, Dalam agama Hindu hanya mengenal istilah warna, Dalam tradisi Hindu, Jika seseorang ahli dalam bidang kerohanian maka ia menyandang status Brāhmana. Jika seseorang ahli atau menekuni bidang administrasi pemerintahan ataupun menyandang gelar sebagai pegawai atau prajurit negara, maka ia menyandang status Ksatriya. Apabila seseorang ahli dalam perdagangan, pertanian, serta profesi lainnya yang berhubungan dengan niaga, uang dan harta benda, maka ia menyandang status Waisya. Apabila seseorang menekuni profesi sebagai pembantu dari ketiga status tersebut (Brahmana, Ksatriya, Waisya), maka ia menyandang gelar sebagai Sudra.

Kasta waysa nya mana?? om

Terimakasih Kang sudah menambahkannya, maaf saya lupa. Trims ya.

Salam,

Terimakasih Atas Kunjungannya. Sebuah Komentar Merupakan Cermin Kepribadian Diri Kita. Komentar yang berbau iklan atau dengan memasang link iklan akan dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Sukses Selalu Untuk Kita Semua.

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus